Belajar Mengenal Gereja-Gereja Kristen

“Ada salah seorang seminaris berkata, “homo homini socius dan homo homini lupus. Sebaiknya kita menjadi saudara, walaupun ada perbedaan termasuk keyakinan. Jika kita ingin menjadi socius, kita perlu mengenal perbedaan, tutur Frater Sani Wibowo SJ memberikan pengantar seiring dimulainya segala rangkaian acara yang ada.

SMA Seminari Menengah Mertoyudan, 4 Desember 2010 yang lalu telah mengadakan Sidang Akademi Istimewa. Sidang Akademi yang diadakan setiap tahunnya satu kali ini mengangkat sebuah tema yang sangat menarik, yakni ‘Mengenal Gereja-Gereja Kristen’. Melalui tema tersebut, Sidang Akademi yang tidak hanya dihadiri oleh para seminaris namun juga oleh para guru, para romo, suster dan bruder SMA Seminari Mertoyudan ini ingin mengajak para peserta sidang agar tidak hanya mengenal Gereja-Gereja Kristen dari luarnya saja, namun juga dapat mengeksplor lebih jauh dari itu. “Karena ada sebuah pengandaian bahwa kita tahu mengenai Gereja Kristen, namun pengandaian tersebut tidak terbukti. Diharapkan dalam acara ini kita dapat lebih mengenal. Ini adalah suatu sumbangan akademis,” tegas Fr. Sani sebagai Moderator Sidang Akademi Istimewa kali ini.

Acara diawali dengan tampilan dari teater 103 (teater dari SMA Seminari Mertoyudan). Tampilan awal tersebut ingin memvisualisasikan dan mengenalkan protestanisme secara lebih dekat kepada para peserta sidang sebelum masuk lebih jauh dari topik yang nantinya akan diperbincangkan. Sidang Akademi Istimewa kali ini pun telah dibuat sedemikian rupa sehingga ada panelis dari setiap angkatan, yakni dari Kelas Persiapan Pertama, Kelas X, Kelas XI, dan Kelas Persiapan Atas yang tergabung dengan Kelas XII. Para panelis itulah yang nantinya akan memaparkan makalah yang telah dibuat terkhusus mengenai Gereja Katolik dan Gereja Kristen.

Setelah itu acara dilanjutkan dengan presentasi dari para panelis. Saat itulah para panelis mempresentasikan hasil makalahnya kepada para peserta sidang. Presentasi yang diberikan oleh panelis dari setiap angkatan itu pun memiliki pemaparan dan penjelasannya masing-masing mengenai Gereja Kristen. Ada yang menceritakan bagaimana asal-mula terjadinya perpecahan Gereja, kekhasan dari Gereja Kristen dan sampai pada persamaan-perbedaan antara Gereja Katolik dengan Gereja Kristen.

Panelis dari Kelas Persiapan Pertama, yakni Amadea Prajna dan Agustinus Kartono dengan makalahnya yang berjudul ‘Katolik dan Protestan, Berbeda (?)’ ingin melihat segala perbedaan dan persamaan dalam Gereja Katolik dan Gereja Kristen. Panelis dari Kelas X, yakni J.B Jorgi dan Albertus Erwin dengan judul makalahnya ‘Harmonius Gereja Kristus’ juga ingin mencoba memberikan opini mereka terhadap perbedaan yang ada. “Bahwa sebagai satu Gereja kita harus memiliki dan menanamkan sikap yang baik antara satu dengan yang lain dalam masyarakat majemuk,” tutur Jorgi mengakhiri presentasinya.

Sedangkan panelis dari kelas XI, yakni Aditya Arta dan Antonius Bagas memberikan sesuatu yang berbeda secara lebih spesifikasi lagi yakni dengan berkesempatan untuk membahas Gereja Kristen Indonesia di Magelang. Makalah yang diberi judul ‘Rumput Kita Masih Hijau (Lewat Persaudaraan Membangun Jemaat Allah)’ ini ingin mencoba mengenal dan mengeksplorasi lebih dalam lagi mengenai sejarah GKI di Magelang tersebut.

Panelis dari Kelas Persiapan Atas yang tergabung dengan Kelas XII, Yosafat Ardian dan Yulius Sanjaya juga membawa peserta sidang untuk semakin mengenal Gereja Kristen dengan menganalisis dan mewawancarai Gereja Kristen Jawa di Mertoyudan yang berasal dari kaum Jawa di Mertoyudan (berdasar etnis). Mereka berharap, dengan makalah yang berjudul ‘Penafsiran dan Penekanan Kristus’ itu para peserta sidang semakin mengetahui apa kekhasan dan yang kita tak ketahui di dalamnya. “Mereka kuat dalam tali persaudaraan, terlebih dalam unsur suku,” tutur Yosafat Ardian menutup rangkaian presentasi para panelis yang ada.

Setelah para panelis mempresentasikan hasil makalahnya, acara dilanjutkan dengan pembicaraan yang menarik dan yang telah ditunggu-tunggu oleh para peserta sidang karena Sidang Akademi Istimewa kali ini dihadiri oleh Romo Matheus Purwanto Pr. Beliau hadir untuk membantu para peserta sidang agar dapat lebih mengenal dan mendalami mengenai Gereja-Gereja Kristen. Beliau mengawali pembicaraannya dengan memunculkan skema awal terjadinya perpecahan Gereja dari awal hingga sampai sekarang ini. “Perpecahan adalah fakta yang menyakitkan. Namun, kita harus bekerja sama dalam membangun adanya sebuah kesatuan,” tegas Romo yang kerap dikenal dengan Rm. Purwanto ini.

Beliau menjelaskan bagaimana reformasi Gereja diawali oleh seseorang bernama Martin Luther lalu dikembangkan oleh Calvin dan lain-lain. Ia juga menjelaskan bahwa sebenarnya Luther tidak menghendaki perpecahan, namun Gereja tidak segera tanggap. Sesungguhnya perpecahan terjadi bukan masalah suka atau tidak suka. Melainkan perpecahan itu terjadi karena dianggap demi kebenaran sehingga memunculkan persepsi sosial yang salah. Adu kebenaran yang tidak kunjung usai inilah yang malah menimbulkan adanya perpecahan di dalam Gereja sendiri.

Perpecahan Gereja yang terjadi dan ada sampai sekarang ini mempunyai kekhasannya masing-masing. Seperti halnya Gereja Anabaptis dan Mennonites di mana kelompok ini menolak adanya baptisan bayi, Gereja Pantekosta di mana lebih bersifat spontan, Gereja Kalvinis (contohnya: Gereja Kristen Jawa, Gereja Kristen Indonesia, Gereja Kristen Jawa Wetan), Gereja Revival atau Gereja Injili. Lalu juga kerap kita dengar adanya Gereja Anglikan di mana Gereja ini terbentuk dan berpangkal dari konflik Henry VIII dengan Paus, dan Gereja Baptis yang mana merupakan reformasi dari Gereja Anglikan. Namun walaupun ada banyaknya perpecahan itu, mereka memiliki sumber utama yang tetap yakni, Kitab Suci. “Pada intinya memang kita harus tetap mempunyai pluralisme dalam religiusitas melihat dari adanya banyak perpecahan tersebut,” tutur Romo yang mendapat tugas sebagai Dosen Teologi sekaligus mengajar tentang Ekumenisme Gereja di Seminari Tinggi Kentungan, Yogyakarta ini.

Setelah mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak dari Rm. Purwanto, acara dilanjutkan dengan forum tanya jawab. Terlihat para seminaris begitu antusiasnya ingin mengetahui lebih dalam mengenai apa yang terjadi sekitar Gereja-Gereja Kristen. Acara pun menjadi semakin menarik dengan apa yang diperbincangkan karena ada pula yang menceritakan pengalamannya di mana pernah terjadi perdebatan antara temannya yang Protestan dan sebagainya.

“Acaranya sangat menarik. Acara ini sungguh membuka wawasan menjadi lebih luas. Sekarang saya sudah benar-benar mulai mengenal apa itu dan apa yang ada di dalam Gereja-Gereja Kristen,” tutur Bondika Widyaputra salah seorang seminaris yang mengakui telah banyak yang ia dapatkan dengan menghadiri acara ini

Di pengujung pembicaraannya, Rm. Purwanto memberikan pesan dan kesan bahwa bagaimanapun juga kita perlu mengenal Gereja-Gereja Kristen. Sejak saat ini kita mempelajari mereka dan bergaul bersama. Kita harus memiliki kesadaran untuk memahami perbedaan dalam Gereja. Karena yang membuat sulit ketika ditanya tentang protestanisme adalah karena kita belum mendalami dasar iman kita saja. Yang paling pokok adalah belajar menghargai perbedaan dalam perjumpaan.

Nikolaus Harbowo (SMA Seminari Mertoyudan)

Leave a comment